Privacy Policy WhatsApp 2021 - Mungkin kalian sudah tahu, aplikasi messenger paling populer di dunia milik Facebook ini telah memperbarui persyaratan pengguna'an dan kebijakan privasi yang wajib disetujui agar terus dapat memakai WhatsApp.
Pengguna beramai-ramai memprotes dengan mengancam akan pindah ke Telegram dan Signal serta menghapus WhatsApp mereka. Gelombang ini sempat beberapa hari menjadi trending topic di Twitter.
Faktanya, ancaman tersebut bukan sekedar gertak sambal saja.
Jutaan pengguna benar-benar menghapus akun mereka dan beralih ke aplikasi kompetitor dan menyatakan tidak akan percaya lagi pada aplikasi yang telah ditinggal oleh pembuatnya.
Kebijakan Persyaratan Layanan WhatsApp
Ada tiga pembaruan utama yang nantinya mempengaruhi cara WhatsApp memproses data pengguna, bagaimana bisnis dapat menggunakan layanan untuk menyimpan dan mengelola obrolan, dan bagaimana WhatsApp akan bermitra dengan Facebook.
Baca juga :
Perubahan ini akan berlaku pada 8 Februari 2021. Pengguna tidak memiliki pilihan selain menerima atau menghapus akun WhatsApp mereka.
Jika kita cermati lagi, new terms and privacy policy ini dibangun di atas perubahan serupa yang diumumkan WhatsApp pada bulan Juli tahun lalu.
Bedanya, saat itu mereka memberi pengguna opsi untuk "tidak membagikan informasi akun WhatsApp Anda dengan Facebook". Dengan diterbitkannya pembaruan ini, WhatsApp telah menghilangkan opsi tersebut.
Apa Saja Yang Dibagikan ke Facebook?
Jika kalian setuju dengan perubahan tersebut, berikut adalah semua informasi pribadi pengguna yang akan dibagikan dengan perusahaan Facebook lainnya yang kita kutip dari FAQ WhatsApp.
Saat ini WhatsApp membagikan kategori informasi tertentu dengan Perusahaan-Perusahaan Facebook. Informasi yang kami bagikan dengan Perusahaan Facebook lainnya mencakup informasi pendaftaran akun Anda (seperti nomor telepon Anda), data transaksi, informasi yang terkait dengan layanan, informasi mengenai cara Anda berinteraksi dengan pengguna lain (termasuk bisnis) ketika menggunakan Layanan kami, informasi perangkat seluler, alamat IP Anda, dan mungkin termasuk informasi lain yang disebutkan di bagian 'Informasi yang Kami Kumpulkan' dalam Kebijakan Privasi, atau informasi yang didapatkan dengan pemberitahuan kepada Anda, atau berdasarkan persetujuan Anda.
Meskipun perubahan tersebut dapat membantu perusahaan menyediakan layanan yang "lebih baik" (untuk mereka), tapi hal itu menimbulkan beberapa masalah privasi yang menjadi pertanda buruk.
Oh ya, perubahan kebijakan ini tidak berlaku di negara-negara Uni Eropa karena adanya The General Data Protection Regulation (GDPR).
GDPR adalah sebuah peraturan perundang-undangan tentang perlindungan data dan privasi di Uni Eropa (UE) dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA). Tujuan utamanya untuk memberi pengguna kendali atas data pribadi.
Persyaratan Kebijakan Privasi Baru Ditunda
Besarnya gelombang protes sampai membuat aplikasi yang didirikan pada 24 Februari 2009 oleh Jan Koum dan Brian Acton ini harus menyewa slot iklan 1 halaman penuh pada beberapa media cetak di India.
Baca juga :
Tidak sampai disitu, pesaingnya, Signal dan Telegram malah berhasil memuncaki rangking di Google Play dan Apple App Store.
Awal pekan ini WhatsApp kembali berusaha untuk mengklarifikasi ToS dan perubahan kebijakan privasinya, dengan menyatakan bahwa ketentuan baru tersebut tidak memengaruhi privasi pesan atau kontak pengguna.
Tetapi karena kekhawatiran tentang ToS dan Kebijakan Privasi baru masih begitu meluas, hari ini WhatsApp memutuskan untuk menundanya sampai 15 Mei 2021.
Update! WhatsApp Akhirnya Kalah Perang
Persyaratan Layanan dan Kebijakan Privasi memang tidak berubah, tetapi lebih memberi kelonggaran kepada user. Bukan perubahan total memang, tapi lebih seperti memaksa secara halus.
Tulisan lengkapnya bisa kalian baca di artikel terbaru yang sudah kita terbitkan. Silahkan merapat ke perang selesai, dan WhatsApp kalah.
Semoga ini bisa menjawab pertanyaan kebijakan baru WhatsApp hoax, apakah aman, bahaya atau tidak, dsb. Soal Harus setuju atau tidak, silahkan pilih sendiri. Akhir kata, monopoli selalu buruk untuk konsumen.
2 komentar