Hancurnya BlackBerry - Tidak hanya di Indonesia, sekitar 15 tahun lalu, produsen ponsel pintar ini jadi primadona pengguna gadget di dunia. Produknya didambakan banyak orang karena adanya aplikasi chat aman.
Kalian tentu sudah tahu, aplikasi pesan instan yang kita maksud adalah BlackBerry Messenger atau lebih dikenal sebagai BBM yang waktu itu masih ekslusif untuk perangkat BlackBerry saja.
Saking nge-trend-nya merek HP "buah" ini, hampir semua telepon genggam yang ada di pasar Tanah Air saat itu dirilis dengan desain khas HP BlackBerry.
Masih ingat dengan merek Cross, HT, Nexian, Mito, Evercoss, Imo, atau Asiafone?. Jangan tertawa apalagi malu jika kalian mengingatnya dan penah memilikinya karena pemain besar seperti Nokia juga mengikuti desain BB.
Dunia berubah. Kerajaan mereka akhirnya runtuh. Dari beberapa alasan, dari mana asal mula BlackBerry bisa hancur?.
Awal Cerita BlackBerry Mulai Ditinggal Pengguna
Era kejayaan BlackBerry memudar semenjak munculnya iPhone dan Android. Mantan co-CEO BlackBerry BlackBerry, Jim Balsillie pernah mengakui jika pihaknya memang kalah bersaing.
Baca juga :
Ia merupakan mantan co-CEO BlackBerry yang masih bernama Research in Motion (RIM) bersama Mike Lazaridis. Ia meninggalkan BlackBerry di tahun 2012.
Pada tahun 2007, kedatangan iPhone membuat orang secara perlahan beralih dari BlackBerry. BlackBerry coba mengantisipasinya dengan merilis BlackBerry Storm yang justru jadi bencana.
Storm tidak diterima pasar sehingga banyak pembelinya meminta retur. "Konsumen mengembalikannya 100%," kata Jim.
"Dengan Storm, kami mencoba terlalu banyak. Layar sentuh, aplikasinya baru, dan diciptakan dalam periode yang sangat singkat. Ponsel ini malah menghantam kami. Itulah saat di mana aku tahu kami tak bisa berkompetisi," ungkapya.
Untuk pertama kali setelah sukses luar biasa di hampir semua ponselnya, RIM punya produk BlackBerry yang gagal. Semua orang kecewa.
Lazaridis Tidak Setuju Jika BB Storm Produk Gagal
Rekan Jim Balsillie, Mike Lazaridis bersikeras kalau Storm bukan sebuah kegagalan. Baginya, BlackBerry Storm merupakan percobaan pertama RIM menggunakan teknologi baru.
Ia tetap mengambil sisi positif Storm seperti performa kameranya yang lumayan, speaker bagus dan baterai bisa diganti.
Di negara berkembang seperti Indonesia saat itu, ponsel BlackBerry masih cukup laku. Tapi di Amerika Serikat khususnya, popularitasnya makin turun, apalagi setelah AT&T mendukung penuh iPhone dengan support unlimited bandwidth.
BlackBerry lambat beradaptasi. "Waktu itu keadaannya sungguh sulit, perusahaan ini kaget menghadapinya," kata Jim.
Ia sempat mengemukakan ide agar layanan BBM dibuka untuk platform lainnya. Tapi dalam masa kepemimpinannya, BBM tetap tertutup. Barulah di masa CEO Thorsten Heins, BBM untuk Android dan iOS tersedia.
Sayangnya itu sudah terlambat. Pada akhirnya, bisnis BlackBerry tidak bisa diselamatkan. Bahkan layanan andalannya, BlackBerry Messenger-pun mati.
Posting Komentar