Facebook Beli WhatsApp - If you can't beat them, buy them sepertinya cocok untuk menggambarkan alasan kenapa Facebook membeli WhatsApp. FB Messenger tidak mampu melawan aplikasi pesan terenkripsi paling populer.
Kita semua tahu, pada 2014, dunia dihebohkan dengan aksi akuisisi WhatsApp oleh Facebook. Nilainya tidak tanggung-tanggung, US$22 miliar. Angka tersebut jadi salah satu aksi korporasi terbesar saat itu.
WhatsApp memiliki 450 juta pengguna bulanan dan sangat populer di kalangan pengguna ponsel yang tidak ingin mengeluarkan uang ekstra untuk SMS.
Aplikasi dengan ciri khas warna hijau ini memungkinkan pengguna mengirim pesan dan melakukan panggilan dengan koneksi internet sehingga terbebas dari biaya pulsa yang tarifnya relatif lebih mahal.
Kini para mantan petinggi WhatsApp mengungkapkan penyesalannya setelah akuisisi tersebut terjadi.
Cerita Awal Mula Facebook Membeli WhatsApp
Yang terbaru adalah Neeraj Arora yang pernah menduduki jabatan sebagai Chief Business Officer WhatsApp. Melalui akun LinkedIn pribadinya, Ia menceritakan didirikannya WA oleh Brian Acton dan Jam Koum.
Baca juga :
Neeraj Arora bergabung dengan WhatsApp pada 2011 sebagai salah satu top manajemen sebelum akhirnya meninggalkan Facebook pada 2018.
"Pada 2014, saya merupakan Chief Business officer WhatsApp dan membantu negosiasi penjualan WhatsApp senilai US$22 miliar ke Facebook. Sekarang saya menyesalinya," tulis Neeraj Arora.
Dua tahun sebelum akuisisi terjadi, Facebook mendekati para petinggi WhatsApp yang berujung penolakan karena mereka ingin fokus pada pertumbuhan.
Pada awal 2014, Mark Zuckerberg kembali dengan kembali mencoba mengakuisisi WhatsApp dengan tawaran mirip seperti kemitraan.
Mark menjanjikan dukungan penuh terhadap fitur keamanan end-to-end encryption, tidak ada iklan, independensi penuh pada keputusan produk, kursi dewan direksi untuk Jam Koum, serta kantor sendiri.
CEO Paling Hipokrit Mulai Melancarkan Aksinya
Neeraj juga bercerita rencana awal bagaimana WhatsApp menghasilkan uang dengan memasang biaya $1 untuk install aplikasi. Ia menyebut strategi tersebut didukung oleh Facebook.
Saat negosiasi akuisisi, platform pesan singkat saingan Signal Private Messenger dan Telegram ini bebas dari dark pattern.
"Saat kami mulai berbicara, pendirian kami sangat jelas. Tidak ada penambangan data, tidak ada iklan, dan tidak ada pelacakan cross platform. Facebook dan manajemennya setuju dengan itu dan kami pikir mereka percaya pada misi kami. Tapi tentu saja, bukan itu yang terjadi," ungkap Neeraj.
Tahun 2016, Mark Zuckerberg, salah satu CEO perusahaan teknologi paling suka ngibul memulai operasinya dengan mengubah Privacy Policy pertamanya.
Perusahaan seharusnya mengakui ketika mereka melakukan kesalahan. Tidak ada yang tahu Facebook akan menjadi monster Frankestain yang menambang data pengguna dan mengeluarkan uang kotor. Begitu pendapatnya.
"Saya bukan satu-satunya yang menyesal (WhatsApp) telah menjadi bagian Facebook ketika itu terjadi," lanjutnya.
Itu saja artikel yang bisa Umahdroid bagikan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita di atas. Bagaimana menurut kalian, setuju atau tidak tentang model bisnis Facebook yang mengekspoitasi data pengguna?.
Posting Komentar